"meninggalkan sesuatu amalan kerana manusia adalah riak manakala melakukan sesuatu amalan kerana manusia adalah syirik yang nyata"

~menulislah kerana Allah~

Tuesday, March 11, 2008

Palestin KITA~

raungan anak Palestin









Ayah...!!,
kata mereka kau penjahat,
padahal sebenarnya engkau bukan penjahat,


ayah..!!,
mengapa mereka jauhkan aku darimu,
mereka menangkapmu tanpa memberi kesempatan,
untuk menciumku meskipun hanya sekali,
atau mengusap air mata ibu,


ibu...!!,
aku melihat air mata di kelopak matamu setiap pagi,
apakah palestin tidak berhak diberi pengorbanan...??,
setiap hari aku bertanya kepada matahari,
ibu, apakah ayah akan kembali pada suatu hari,
ataukah dia akan pergi selamanya sampai hari kiamat,
atau dia akan mengusap air mata ibu yang terus menitis setiap hari...??,
wahai ayah,


dimanakah engkau...??,
ooh...bayi-bayi yang dijajah,
kini telah datang hari raya baru setelah hari raya tahun lalu,
dan bayi baru pun terlahir sesudah bayi yang itu,
dan para syuhada berguguran,
setelah gugurnya syahid yang lalu,
sedang ayah masih disembunyikan di sebalik jeruji besi,
dalam sel mengerikan yang tidak layak dihuni manusia,
mana hari kemenangan dan kehancuran penjara-penjara besi itu...??,
malulah kalian...
malulah kalian...
malulah kalian...,
aku ingin ayah pulang,
aku ingin ayah pulang,
aku ingin ayah pulang....!






dimanakah kita??? BANGKITLAH..!
saudaraku...!!
dimanakah kita...??
di saat saudara kita derita,
di saat darah mengalir di tubuh mereka,
di saat tangisan menghujani tanah air tercinta,
Saudaraku...!!


sedarkah kita...??
mereka di sana dinoda,
mereka di sana disiksa,
mereka di sana bertarung nyawa,
Saudaraku...!!
butakah kita...??
melihat mereka reba sebagai syuhada,
melihat hujan peluru yang membanjiri saban masa,
melihat yahudi bersorak meraih kematian saudara kita,
Saudaraku...!!
pekakkah kita,
mendangar rintihan mereka yang merobek jiwa,
mendengar letupan membinasa tubuh mereka,
mendengar lagu riang yahudi laknaktullah,
Saudaraku...!!
bodohkah kita...??
melihat perdamaian sebagai penamat sengsara,
menuduh saudara kita sebagai punca binasa,
lantang bersuara namun tiada hasilnya,
Saudaraku...!!
tak malukah kita...??
kita berharta,
tapi mereka,
melawan dengan pecahan batu-bata,
bangkit tanpa senjata yang gagah,
berbekalkan Allahuakbar,
mereka ke barisan pertama,
biar peluru menjadi hadiah,
mereka berundur selangkah,


Saudaraku...!!
tak takutkah kita...??
bila Allah berkata,apakah yang kita lakukan demi agama-Nya,
apakah yang kita buat demi Al-Aqsa,
apakah, apakah dan apakah...??
Bangunlah kita...!!
dari mimpi indah,
kita di ambang kesulitan,
agama kita diperlekehkan,
saudara kita diolok-olokkan,
bangkitlah...bangkitlah...bangkitlah...!!

Monday, March 10, 2008

Psychologist Discovers the Effect of Repeating the Word "ALLAH"~

Vander Hoven, a psychologist from Netherlands, announced his new discovery about the effect of reading the Qur'an and repeating the word ALLAH both on patients and on normal persons. The Dutch professor confirms his discovery with studies and research applied on many patients over a period of three years. Some of his patients were non-Muslims, others do not speak Arabic and were trained to pronounce the word "ALLAH" clearly; the result was great, particularly on those who suffer from dejection and tension.

"Al Watan", a Saudi daily reported that the psychologist was quoted to say that Muslims who can read Arabic and who read the Qur'an regularly can protect themselves from psychological diseases. The psychologist explained how each letter in the word "ALLAH" affects healing of psychological diseases. He pointed out in his research that pronouncing the first letter
in the word "ALLAH" which is:

the letter (A)

-released from the respiratory system
- controls breathing.

He added that pronouncing the velar consonant (L) in the Arabic way, with the tongue touching slightly the upper part of the jaw producing a short pause and then repeating the same pause
constantly,

-relaxes the aspiration.

Also, pronouncing the last letter which is the letter (H)

-makes a contact between the lungs and the heart and in turn this contact controls the heart beat.

What is exciting in the study is that this psychologist is a non-Muslim, but interested in Islamic sciences and searching for the secrets of the Holy Qur'an. Allah, The Great and Glorious, says, "We will show them Our signs in the universe and in their own selves, until it becomes manifest to them that this (Qur'an) is the truth." (Holy Qur'an 42:53)

[Translated from the Qatari "Arraya" Daily Sunday, 24 March, 2002]

teka-teki Imam Al-Ghazali~

bismillah..

Suatu hari, Imam Al Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya.

Lalu Imam Al Ghazali bertanya, pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghazali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185)

Lalu Imam Ghazali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid -muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahwa semua jawapan yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawapan itu benar kata Imam Ghazali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawap baja, besi, dan gajah. Semua jawapan hampir benar, kata Imam Ghazali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka kerana ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?". Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghazali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan Sholat". Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan solat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat.

Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghazali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Sunday, March 9, 2008

darul taqwa dan datuk johar

bismillah..

Digosok-gosok lagi matanya. Dia seakan-akan tidak percaya apa yang dilihatnya. Apakah aku kembali ke zaman unta, ke zaman kolot dan purba? begitulah detik hatinya. Dikesat hidungnya yang berair dengan kertas tisu. Kertas itu kemudiannya dicampakkannya ke tepi jalan.


"Assalamualaikum, pakcik.. tolong kutip kertas itu. Nanti pakcik rugi di Akhirat. Kebersihan itu separuh daripada iman." Bunyi satu suara di belakangnya. Ia bingkas berpaling. Siapa berani menegurku? Aku Datuk Dr.Johar, orang besar negara ini.


"Pakcik, biarlah saya tolong kutip, sebelum Penguatkuasa Iman dan Islam datang. Nanti didendanya pakcik," kata budak kecil berpakaian putih dengan serban yang melilit kepalanya.

Datuk Dr. Johar membetulkan tali lehernya. Ah, kalau dia datang biar aku sogok dengan duit ini . Siapa yang tak kelabu tengok duit merah, biru berlapis-lapis. Namun, Datuk Dr. Johar terus hairan. Bangunan pencakar langit dengan wajah pembangunan yang sofistikated. Ada helikopter bersimpang -siur bergerak di udara. Railbus bercerakah ke sana sini. Bullet train meluncur bagaikan panah dilepaskan dari busurnya. Kesibukan yang layak dipikul oleh manusia-manusia moden. Namun peliknya, pakaian mereka, tingkah-laku mereka...Ah, di mana aku sekarang ini, gerutu hati Datuk Dr. Johar.


"Hoi budak, Aku dimana sekarang ?" soalnya kepada budak yang menegurnya tadi.

Budak itu tersenyum. Mukanya cerah dan indah. Tenang dan bersuara lunak. Apakah ini Aladin, budak Arab dengan lampu ajaibnya: teka-teki itu terus menerjah kepala dan kotak fikir Datuk Dr. Johar. Budak itu membuka mulut hendak menjawab. Belum sempat,tiba-tiba datang sebuah kereta jenis Ferrari, merah dan bercahaya. Keluar dua orang lelaki dengan pakaian yang hebat dan segak. Serban mereka berwarna hitam berjalur biru.

"Assalamualaikum....Maaf, pakcik. Kami terpaksa mendenda pakcik. Kesalahan membuang sampah ini sudah belasan tahun tidak berlaku di Darul Taqwa ini. Kami terpaksa mendenda pakcik. Kebersihan itu lambang iman. Negara ini menitikberatkan iman.... Pakcik didenda, 30 kali subhanallah, 30 kali astaghfirullah dan selawat 100 kali."

Kata pegawai penguatkuasa itu dengan lembut. Datuk Dr. Johar tersentak. Apa namanya undang-undang ini. Tak ada dewan bandaraya di seluruh pelusuk dunia mengamalkannya. Dia tercengang-cengang. Namun egonya membumbung tinggi. Apa ? Dia nak marahkan aku ?

"Ni duit lima ratus. Saya tak mahu buat apa yang kamu minta. Kita selesaikan di sini saja. Berapa gaji yang kamu dapat sebulan ? " tanyanya angkuh.

"Pakcik, kita bekerja kerana Allah, bukan kerana gaji. Lagipun duit bukan ada harga lagi di zaman ini. Semuanya dipandang sebagai alat, bukan matlamat," kata pegawai berjanggut dan berjambang itu dengan tenang.


"Oh, oh .... maafkan kami, pakcik. Kami nak tanya sikit, kenapa pakcik pakai pakaian zaman dulu? Mana pakcik dapat pakaian macam itu ?" Tanya pegawai itu pula.


Aku yang gila, atau dia yang gila? Detak hati Datuk Dr. Johar. Dia berjalan ke arah kereta Ferrari yang berkilat itu. Melalui cerminnya dia nampak perawakannya dengan jelas. Tak ada yang salah. Tali leher, kemeja dan kotnya masih kemas dan segak. Daripada jenama yang mahal pula - Pierre Cardin. Kasutnya hitam berkilat daripada jenis Bally. Ah! Aku masih unggul. Lelaki tampan, lambang status dan kejayaan. Dia yang kolot, dia yang ketinggalan zaman.

"Anak muda, pakaian pakcik ni pakaian pemimpin. Pakcik orang besar di negara ini. Pakcik dah keliling dunia dengan pakaian ni. "

"Pakcik, itu pakaian puluhan tahun yang lampau. Ketika Islam belum berdaulat di Darul Taqwa ni. Moyang-moyang kami dulu saja yang pertahankan pakaian macam itu. Itu pakaian orang kuno di Barat. Sekarang, kami hanya dapat lihat gambar-gambarnya saja. Itupun dalam buku sejarah zaman peralihan Islam. Orang Barat zaman moden ini dah berpakaian macam yang kami pakai. Tak ada orang yang pakai macam tu kecuali orang-orang bukan Islam yang dijamin kebebasannya dalam sebuah negara Islam seperti darul Taqwa."


Datuk Dr. Johar termanggu-manggu kebingungan.

"Di mana aku sebenarnya ni?" Dia bertanya lagi kepada pegawai penguatkuasa dan budak kecil di tepi jalan. Dia masih kenal. Ini Jalan Chow Kit ditengah bandar Kuala lumpur. Masih ada Masjid Pakistan dan Masjid Kampung Baru di sebelah sana. Tetapi itu sahaja, yang lain tak ada.


"Pakcik di bandar Mutmainnah. Ini jalan Mujahadah, namanya. Saya Haji Din, Pegawai Penguatkuasa Iman dan Islam. Diberi amanah untuk memastikan kebersihan lahir batin bandar ini."

Apa? Bandaraya Kuala Lumpur dah jadi Bandaraya Mutmainnah? Jalan Chow Kit dah jadi jalan Mujahadah? Apa dia mutmainnah? Apa dia mujahadah tu? Apa yang terjadi ni? Soalan-soalan itu terus menyerang benak Datuk Dr. Johar.


"Pakcik, kami rayu pakcik membayar denda tadi. Kalau tak boleh sekarang, lepas sembahyang nanti pakcik laksanakanlah. Demi kebaikan pakcik dunia dan Akhirat..."


Tiba-tiba terdengar suara orang memberi salam dari jauh. Nyaring dan jelas. Seorang lelaki pertengahan umur berlari kepada seorang pegawai penguatkuasa.


"Tuan, hukumlah saya. Saya mengumpat tadi. Ya Allah ! seksa Neraka amat pedih..Tolonglah, tuan. Hukum saya di dunia sebelum saya di hukum di Akhirat!" rayu lelaki itu.


Pegawai tadi berpaling ke arah lelaki yang baru datang, dan kesempatan itu diambil oleh Datuk Dr. Johar. Ia lari sekuat-kuat hati. Peliknya mereka tidak mengejarnya. Ia terlepas ...Lega. Dahaga , lapar mula menggigit tekak dan perutnya. Dia mesti makan. Dia perlu minum. Tapi di mana? Tiba-tiba ia terdengar suara komputer dari sound system di tepi-tepi jalan :


"Assalamualaikum, kepada seluruh penduduk Kota Mutmainnah. Syed Al Abrar, hartawan besar berada di jalan Uwais Al Qarni. Dia merayu fakir miskin supaya sudi menerima sedekahnya. Hari ini ia menjamu nasi dan minuman. Sila datang!"


Datuk Dr. Johar orang besar Darul Ghurur itu tidak akan mencemar duli menagih nasi. Dia ada duit, mampu membelinya sendiri. Dia pun masuk ke sebuah restoran di tepi jalan. Di situ penuh dengan pelanggan. Semuanya berserban dan berjubah. Matanya tak betah lagi melihat semua itu.Tapi kerana lapar ia masuk juga.


"Maaf tuan, itu pintu masuk untuk wanita. Di sini untuk lelaki."

"Ceh! Diskriminasi, doubel-standard, lelaki dipisahkan daripada perempuan." Mukanya dicemekkan kepada tuan kedai yang menegurnya. "Ada restoran lain yang mengamalkan persamaan taraf antara lelaki dan perempuan? Saya tak suka pemisahan-pemisahan macam ni!".


Lelaki itu tersenyum. "Empat puluh tahun yang lalu adalah. Sekarang ni kita sudah bebas dan merdeka. Zaman penjajahan fikiran dan jiwa sudah berlalu. Tak ada diskriminasi wanita di sini, tuan. Amir Muhammad, pemimpin Darul Taqwa telah menaikkan taraf wanita tanpa Women's Libs. Kalau tuan ada isteri dan membawanya bersama, sila masuk ke sana. Di sana ada tempat khusus untuk makan bersama isteri dan anak perempuan,"terangnya. Mukanya jernih. Serban dan jubahnya serba putih.

"Ini bertentangan dengan prinsip demokrasi. Sistem pemerintahan kapitalis, sosialis, nasionalis malah komunis sekalipun tak macam ni..."

"Masya-Allah pakcik, jangan disebut lagi nama-nama ideologi tu. Semuanya telah termaktub sebagai ajaran-ajaran sesat dalam perlembagaan Darul Taqwa ini. Tak ada orang lagi yang berpegang dengan fahaman jahiliyyah tu... Subhanallah...." Keluh tuan restoran itu sambil mengurut-ngurut dadanya. Ekor serbannya bergoyang-goyang ketika ia manggeleng -gelengkan kepalanya.


Ah! Persetankan semua itu. Perut aku lapar. Datuk Dr. Johar pun duduk. "Nasi beriani sepinggan !"ujarnya kepada pelayan.


"Dalam pinggan, tuan?" tanya pelayan itu kehairanan.


"Ya ! Apa peliknya?",

"Baik,tuan.Tapi semua orang berebut-rebut pahala makan berjamaah. Tuan makan seorang?" tanya pelayan berkulit hitam itu.


Dia tambah geram. Direnung ke hadapan, iaitu ketempat orang menikmati makanan.Tidak ada meja makan hanya hamparan permaidani tebal dengan dulang-dulang indah yang tersusun rapi. Mereka makan satu dulang. Yek! Jijiknya. Ah! Aku tetap aku. Aku ada pendirian! Nasi beriani dengan ayam goreng kegemarannya terhidang di atas kain putih khas.


"Jemput makan dengan nama Allah yang memberi rezeki," kata pelayan itu dengan sopan.Datuk Dr. Johar makan dengan seleranya. Dewan makan itu berhawa dingin lengkap dengan alat TV dan pita videonya sekali. Dia makan seorang diri bagai kera sumbang.

"Ya Allah, apa musibah yang menimpa ana Subuh tadi. Ana masbuk dalam sembahyang jemaah Subuh, " ujar seorang lelaki muda dengan wajah yang kecewa. Suapnya perlahan. Macam tak lalu makan saja

"Anta tak cuba tampung dengan amal makrufat yang lain?"tanya sahabatnya di sebelah.Dia nampak simpati.

Datuk Dr. Johar pasang telinga saja. "Ana nak sedekahkan lima ribu ringgit ...malang nasib ana. Ana tunggu lima jam di tepi jalan tadi, seorang pun tak mahu terima sedekah ana" Keluhnya.


"Susah kita sekarang. Orang miskin yang bolot pahala redha, pahala sabar. Mereka patutnya bantulah kita.Tolonglah terima sedekah kita. Ah, susahnya jadi orang kaya macam kita ini. Dahlah nanti di Akhirat banyak hisabnya, di dunia orang tak sudi pula terima sedekah kita....Oh..." keluh seorang yang sama-sama makan dengan lelaki muda tadi.


"Kalaulah kita hidup zaman moyang kita dulu, kan dapat kita korbankan harta yang banyak ini. Saya pun dapat harta ni melalui warisan daripada bapa, yang diwarisi oleh datuk saya daripada moyangnya. Kita tunggulah bila kerajaan nak bangunkan projek negara atau nak gunakan duit untuk kemaskinikan kementerian-kementeriannya.... saya nak labur habis-habisan. Biar jadi saham Akhirat," kata pemuda itu menutup perbualan. Mereka pun makan dengan perlahan -lahan.


Datuk Dr.Johar makin pelik. "Tambah nasi sepinggan lagi!" ujarnya kepada pelayan restoran.

"Demi kesihatan tuan, saya nasihatkan ... berhentilah sebelum kenyang. Maaf tuan saya terpaksa mengatakan demikian. Saya pelayan kedai merangkap pegawai perubatan ....," kata pelayan itu lagi.

"Apa? Awak pegawai perubatan? Seorang doktor ke? Kelulusan luar negeri atau dalam negeri?

Awak sepatutnya bertugas di hospital, bukan di restoran!" bentaknya. Marah campur geram.


"Tuan, mana ada hospital sekarang.Yang ada khusus untuk bayi, kanak-kanak dan wanita, juga para mubaligh dan mujahid yang cedera ketika berjuang. Tuan, kalau tuan amalkan makan hanya bila lapar dan berhenti sebelum kenyang, tuan akan sihat, insya-Allah. Kita tak perlu hospital!"


"Bodoh, kalau macam tu, macam mana nak rawat pesakit kencing manis macam aku ini ?" leternya perlahan-lahan.

"Penyakit kencing manis? Tuan menghidapnya? Saya ada baca buku perubatan edisi tahun 1990 dulu. Sekarang penyakit tu dah tak ada siapa menghidapnya....."

"Batalkan saja oder saya tadi, banyak sangat cakap, boring. Saya perlu hiburan sekarang ...Di mana boleh saya dapati ?" tanyanya.

"Di sana, tuan. Melalui butang pada sistem komputer di sebelah sana, tuan boleh dapat apa saja hiburan yang menyegarkan. Tak payah risau pasal bil. Percuma."

Datuk Dr. Johar, orang besar negara, melangkah hebat ke tempat yang ditunjukkan. Berbagai -bagai butang dengan bermacam warna berkelip-kelip. Sangat rumit tapi kekeliruan itu dapat disembunyikannya. Dia malu kalau-kalau dengan pakaian jenama Pierre Cardinnya ia masih kelihatan kolot.. Entah di mana falsafah moden Datuk Dr. Johar. Pada pakaiannyakah atau otaknya? Diberanikan hatinya; satu butang warna hitam ditekan . Dalam skrin timbul tajuk besar- KHAUF. Apa bendanya ni? Kemudian menyusul nama-nama lagu: MATI ITU TERLALU SAKIT, ALAM BARZAKH YANG PASTI, MIZAN NOKTAH PENYESALAN , IZRAEL DATANG TIBA-TIBA. Oh...Oh ... seram sejuk tubuhnya. Apa nama lagu macam ini? Biarlah menaruh harapan sikit. Hatiku macam kristal, boleh pecah dengan lagu-lagu macam tu. aku belum nak mati lagi, protes hati Datuk Dr. Johar.

Dia beralih ke butang hijau tanpa lengah terus menekannya. Tertera di atas skrin komputer: RAJA'. kemudian tersembul tajuk-tajuk lagu. Dibacanya dengan teliti... FIRDAUSI MELAMBAIMU, DEMI CINTA DAN RAHMAT-NYA, KEINDAHAN JANNAH YANG ABADI..

Kepala datuk Dr. Johar makin pusing. Semuanya tentang Akhirat. Apa nak jadi ni? "Tak ada lagu yang hot sikit ke?" tanyanya kepada seorang anak muda berjubah coklat di sebelahnya.

"Nanti ya pakcik . Saya pilihkan lagu yang paling hot sekarang ni. Top-hit anak-anak muda sekarang..."

"Ya, ya saya setuju," balas Datuk Dr. Johar. Telinganya dihalakan kepada sistem suara di dinding restoran itu. Dia ingin dengar lagu-lagu kegemaran muda-mudi daerah asing itu.Ayat suci Al-Quran a... "Eh ...ni suara orang mengaji,"

"Nanti dulu pakcik, selepas ni ada terjemahannya kemudian baru menyusul lagunya," kata pemuda berjubah cokat itu sambil matanya di tutup rapat-rapat. Asyik sekali dia.

Kemudian getaran suara bergema.... "Cintaku berlabuh di persada rahmat-Mumendamba kasih yang tidak berhujungmengutip sayang di hamparan cinta suci.Inilah getaran hatiku memburu cinta.......stanza hati merindu Ilahi!"


Datuk Dr. Johar tak tahan lagi. Ia merengus dan pergi ke kaunter bayaran.

"Maaf tuan, duit ini duit lama. Kalau tuan tak mampu bayar kami halalkan sajalah ..." Datuk Dr. Johar makin geram. Dia menderam dan berkata.

" Saya bayar dengan kad kredit saja!" Dia hulurkan kad kredit warna keemasannya.

"Maaf sekali lagi, tuan. Kad kredit ini bukan yang boleh kami terima, kami halalkan sajalah."

"Tak, pantang saya minta sedekah. Saya ada harta simpanan berbungkal-nungkal emas di bank. Takkan saya nak bawa, nanti disambar pencuri."


" Darul Taqwa tak ada pencuri, tuan. Pencuri terakhir telah dipotong tangannya 30 tahun yang lalu ketika minta dihukum di hadapan hakim kerana takutkan seksa Neraka."


"Ah, aku tak nak dengar semuanya.makin gila aku dibuatnya," pekik Datuk Dr. Johar lantas meluru keluar dari restoran itu.

Di luar,semua pandangan menyakitkan hati. Mengapa orang kolot ini mentadbir teknologi begini tinggi. Pemandu bullet train berserban merah tersenyum kepadanya. Pilot helikopter dengan tulisan 'MAKRUFAT AIR TRANSPORT' sibuk dengan urusannya. Di seberang jalan tertegak papan iklan dengan tulisan yang jelas :" KELUARGA BAHAGIA GEMBIRA DENGAN SUNNAH ". Di papan itu terpampang gambar seorang lelaki dan perempuan berserta anak-anak meraka. Semuanya berserban, berjubah dan berpurdah.

Isy,meluatnya! Di jalan-jalan raya suasana meriah dengan salam dan senyum. Baginya,semua itu seolah-olah menyindir dan mengejek. Kenapa jadi begini? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Mengapa? Mengapa? Mengapa? Datuk Dr. Johar tiba-tiba menjerit. Tekanan dalam jiwanya yang kian tersumbat itu tiba-tiba meletus.


"Datuk..!Datuk..! Bangun, Datuk. Ada berita buruk !"


Datuk Dr.Johar bangun. Ia tertidur sewaktu menunggu keputusan pilihanraya hari itu.

"Kenapa? Parti kita kalah? Aku kalah? "tanya Datuk Dr. Johar.


"Tidak, Tuk. Rakyat bangun memprotes. Mereka tak mahu demokrasi. Mereka tak mahu pilihanraya..."

"Habis, mereka mahu apa?"


"Mereka mahu Islam, Datuk!"

"Islam ? " keluh Datuk Dr. Johar. Digosok-gosok lagi matanya.

"ISLAM KAN TETAP DIJULANG WALAUPUN IA DITENTANG..ITULAH JANJI ILAHI"

"Pasakkan Sabat Teguhkan Istiqamah"

p/s: rajin2 la forward cerita ni.. moga jadi inspirasi dlm perjuangan kita!! infiroo khifafan wathiqolan!! muslim mesti cemerlang...


"Ambillah hikmah (kebijaksanaan) dari mana pun datangnya."

kisah cinta abad ini

bismillah..

Suatu kisah... Kisah ini berlaku sewaktu aku di Madinah. Suatu hari aku berjalan melalui pasar. Sebaik saja muazzin melaungkan azan, aku terlihat seorang wanita. Wanita itu ganjil cantiknya. Dia berpaling kepadaku seolah-olah tahu bahawa aku merenungnya. Malah dia memberikanku anggukan kecil penuh bermakna sebelum wanita itu berpusing di satu sudut menuju ke lorong penjual sutera. Bagaikan terkena panahan halilintar, aku serta-merta tertarik, hatiku terpukau dengan wanita itu.

Dalam kepayahan aku berdebat dengan hatiku, memberikan satu demi satu alasan untuk meneruskan langkahku ke masjid memandangkan masanya telah tiba untuk solat, namun perdebatan ternyata gagal. Aku memutuskan untuk mengikut wanita tersebut. Aku bergegas mengejar wanita itu, nafasku pantas dan mengah manakala wanita itu tanpa disangka mempercepatkan langkahnya. Dia telah berada jauh beberapa kedai di hadapan.

Dia memaling wajahnya seketika padaku, terasa kudapat melihat cahaya senyuman nakal wanita itu dibalik purdah hitamnya. "Adakah ini khayalanku sahaja?" bisik hatiku. Akalku seolah-olah tidak berfungsi pada waktu itu."Siapakah wanita itu?" Aku memantaskan langkahku dan memasuki lorong dimana wanita itu dilihatku masuk. Dan seterusnya wanita itu mengimbau aku, sentiasa dihadapan, masih tidak dapat dikejar, semakin jauh dan jauh dari mana kami mula-mula bersua. Perasaanku tambah membuak. "Adakah wanita itu orang gila?"

Semakin jauh nampaknya wanita itu berjalan hingga ke penghujung bandar. Mentari turun dan tenggelam, dan wanita tersebut masih berada jauh di hadapanku. Sekarang, kami berada di tempat yang tidak disangka, sebuah perkuburan lama. Kalaulah aku siuman seperti biasa, pasti aku akan merasa gementar, tapi aku terfikir, tempat yang lebih ganjil dari ini biasa dijadikan tempat pasangan kekasih memadu asmara. Dalam 60 langkah di antara kami aku melihat wanita itu memandang ke arahku, menunjuk arah, kemudian turun ke tangga dan melalui pintu bangunan sebuah kubur tua.

Kalaulah aku tidak diamuk senyuman wanita itu tadi, pasti aku berhenti sebentar dan memegun masa, tapi sekarang tiada guna berpaling arah, aku menuruni tangga tersebut dan mengekori wanita itu ke dalam bangunan kubur itu. Di dalam bilik bangunan kubur itu, kudapati wanita itu duduk di atas ranjang yang mewah, berpakaian serba hitam masih berpurdah, bersandar pada bantal yang diletak pada dinding, diterangi cahaya lilin pada dinding bilik itu. Di sebelah ranjang itu, aku terpandang sebuah lubang perigi.

"Kuncikan pintu itu," kata wanita itu, dengan suara yang halus gemersik seumpama berbisik, "dan bawakan kuncinya. " Aku akur. "Buangkan kunci tersebut ke dalam perigi itu," kata wanita itu. Aku tergamam sebentar, kalaulah ada saksi di situ, pasti saksi itu dapat melihat gamamku. "Buang-lah," ujar wanita itu sambil ketawa, "tadi kau tidak berfikir panjang untuk meninggalkan solatmu untuk mengekoriku kemari?" Tempelak wanita itu lagi. Aku diam. "Waktu maghrib sudah hampir selesai," kata wanita itu bernada sedikit menyindir . "Apa kau risaukan? Pergilah buangkan kunci itu, kau mahu aku memuaskan nafsumu, bukan?"

Aku terus membuang kunci pintu tersebut ke dalam perigi, dan memerhatikan kunci itu jatuh. Perutku terasa bersimpul tatkala tiada bunyi kedengaran ketika kunci itu jatuh ke dalam lantai perigi. Aku berasa kagum, kemudian takut. "Tiba masanya untuk melihat aku," kata wanita tersebut, dan dia mengangkat purdahnya untuk mendedahkan wajah sebenarnya. Bukan wajah segar seorang gadis remaja, tapi kehodohan wajah yang mengerikan, jijik, hitam dan keji, tanpa satu zarah cahaya kelihatan pada alur kedut ketuaannya. " Pandang aku sungguh-sungguh," kata wanita itu lagi. "Namaku Dunia. Aku kekasihmu. Kau habiskan masamu mengejarku , sekarang kau telah memiliki diriku . Didalam kuburmu. Mari. Mari." Kemudian wanita itu ketawa dan ketawa, sehingga dia hancur menjadi debu, dan lilin itu padam satu demi satu, dan kegelapan menyelubungi suasana.

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud yang bermaksud:"Hampir-hampir seluruh umat mengeliling kamu sepertimana orang-orang yang kelaparan mengelilingi hidangan mereka.' Ada yang bertanya, 'Apakah itu disebabkan bilangan kita kurang?' Nabi s.a.w menjawab: 'Bilangan kamu pada ketika itu ramai tetapi seperti buih. Allah mencabut dalam hati seteru kamu perasaan gerun terhadap kamu dan meletakkan perasaan al-wahn dalam hati kamu.' Ada yang bertanya: 'Apa al-wahn itu wahai Rasulullah?' Jawab Baginda: 'Cintakan dunia dan bencikan mati.' "
sumber: iluvislam

Friday, March 7, 2008

kisah mustapha kamal attartuk

bismillah..

Antara syarat yang dikenakan olehMustapha Kamal Attaturk
1. Membolehkan perempuan memakai tudung dengan syarat pakai skirt.
2. Membolehkan lelaki memakai seluar panjang dengan syarat pakai tali leher dan topi(sesuai dengan kehendak barat).
3. Menyuruh wanita dan lelaki menari di khalayak ramai. Beliau sendiri pernah menari dengan seorang wanita di satu parti umum yang pertama di Ankara.
4. Beliau pernah menegaskan bahawa “negara tidak akan maju kalau rakyatnya tidak cenderung kepada pakaian moden.”
5. Menggalakkan minum arak secara terbuka.
6. Mengarahkan Al-Quran dicetak dalam bahasa Turki.
7. Menukar azan ke dalam bahasa Turki. Bahasa Turki sendiri diubah dengan membuang unsur-unsur Arab dan Parsi.
8. Mengambil arkitek- arkitek dari luar negara untuk memodenkan Turki. Hakikatnya mereka diarah mengukir patung-patung dan tugu-tugunya di seluruh bandar Turki.
9. Satu ucapan beliau di bandar Belikesir di mana beliau dengan terang-terangannya mengatakan bahawa agama harus dipisahkan dengan urusan harian dan perlu dihapuskan untuk kemajuan.
10. Agama Islam juga di buang sebagai Agama Rasmi negara.
11. Menyerang Islam secara terbuka dan terang-terangan.
12. Menggubal undang-undang perkahwinan berdaftar berdasarkan undang-undang barat.
13. Menukar Masjid Ayasophia kepada muzium, ada sesetengah masjid dijadikan gereja.
14. Menutup masjid serta melarang dari bersembahyang berjemaah.
15. Menghapuskan Kementerian Wakaf dan membiarkan anak-anak yatim dan fakir miskin.
16. Membatalkan undang-undang waris, faraid secara islam.
17. Menghapus penggunaan kalendar Islam dan menukarkan huruf Arab kepada huruf Latin.
18. Mengganggap dirinya tuhan sama seperti firaun. Berlaku peristiwa apabila salah seorang askarnya ditanya “Siapa tuhan dan di mana tuhan tinggal?” oleh kerana takut, askar tersebut menjawab ‘Kamal Atartuk adalah tuhan” beliau tersenyum dan bangga dengan jawapan yang diberikan oleh askar itu.





Kematian Kamal Atartuk Yang Menyeksakan. Di saat kematiannya, Allah telah datangkan beberapa penyakit kepada beliau sehingga beliau rasa terseksa dan tak dapat menanggung seksaan dan azab yang Allah berikan di dunia.

Antaranya ialah :
1. Didatangkan penyakit kulit hingga ke kaki dimana beliau merasa gatal-gatal seluruh badan.
2. Sakit jantung.
3. Penyakit darah tinggi.
4. Panas sepanjang masa, tidak pernah merasa sejuk sehingga terpaksa diarahkan kepada bomba untuk menyiram rumahnya 24 jam. Pembantu-pembantunya juga diarahkan untuk meletak ketulan-ketulan ais di dalam selimut untuk menyejukkan beliau.Maha suci Allah, buat macam mana pun rasa panas tak hilang-hilang.
Oleh kerana tidak tahan dengan kepanasan yang ditanggung, beliau menjerit sehingga seluruh istana mendengar jeritan itu. Oleh kerana tidak tahan mendengar jeritan, mereka-mereka yang bertanggung jawab telah menghantar beliau ke tengah lautan dan diletakkan dalam bot dengan harapan beliau akan merasa sejuk. Allah itu Maha Besar, panasnya tak jugak hilang!

Pada 26 september 1938, beliau pengsan selama 48 jam disebabkan terlalu panas dan sedar selepas itu tetapi beliau hilang ingatan. Pada 9 November 1938, beliau pengsan sekali lagi selama 36 jam dan akhirnya meninggal dunia. Sewaktu beliau meninggal, tidak seorang pun yang memandi, mengkafan dan menyembahyangkan mayat beliau. Mayatnya diawetkan selama 9 hari 9 malam, sehingga adik perempuan beliau datang meminta ulama-ulama Turki memandikan, mengkafankan dan menyembahyangkannya.
Tidak cukup dari itu, Allah tunjukkan lagi balasan azab ketika mayatnya di bawa ke tanah perkuburan. Bila mayatnya hendak ditanam, tanah tidak menerimanya (tak dapat nak bayangkan bagaimana tanah tidak menerimanya). Disebabkan putus asa, mayatnya diawetkan sekali lagi dan dimasukkan ke dalam muzium yang diberi nama EtnaGrafi (kalau tak silap dengar) selama 15 tahun (sehingga tahun 1953).
Selepas 15 tahun mayatnya hendak ditanam semula, tapi Allah Maha Agung, bumi sekali lagi tak menerimanya. Habis ikhtiar, mayatnya dibawa pula ke satu bukit ditanam dalam satu binaan marmar beratnya 44 tan. Mayatnya ditanam di celah-celah batu marmar. Apa yang menyedihkan, ulama-ulama sezaman dengan Kamal Atartuk telah mengatakan bahawa “jangan kata bumi Turki, seluruh bumi Allah ini tidak menerima Kamal Atartuk! ”Muhasabahlah diri sendiri (yakni diri saya) sebelum muhasabah diri orang lain. Apa yang baik dan benar itu datangnya dari Allah swt, apa yang salah dan silap itu adalah dari kelemahan manusia itu sendiri namun hakikat, segalanya dari Allah..

Wednesday, March 5, 2008

kasih Iman NurMujahadah di ka'abah

bismillah..

Sesungguhnya cintailah insan yang mampu menyinari cinta kita pada Ilahi. walaupun dalam diam itu lebih baik daripada terangan yang membawa seribu kemungkinan. Suasana dingin yang mencengkam tubuhnya sejak 2 jam tadi serasa bagaikan menggigit hingga ke tulang hitam. Kurung biasa dan tudung litup yang membalut tubuhnya tidak mampu untuk mengurangkan kedinginan. Hampir 2 jam dia bertapa di dalam bilik belajar 24 jam Perpustakaan Sultanah Bahiyah ini. Selesa walaupun kadangkala kekusyukannya setiap terjejas lantaran ada pelajar yang tidak “mendiamkan” handphone mereka.

Dia selesa mengunjungi PSB pada waktu-waktu pagi dan juga petang kerana tika ini tidak ramai pelajar yang sanggup untuk menghabiskan masa di PSB, masa-masa sebegini lebih sesuai untuk beradu di atas katil asrama.

“Assalamualaikum Ilmi…” Dia mendongak seraya membalas salam teman baiknya itu, Iman Nurmujahadah.

“Adah pun study jugak ker?”, hairan dia melihatkan wajah sugul teman nan satu ini.

“Erm… Adah cari bahan…”.

“Adah cari bahan ker cari orang?”,Akal nakal Raudhatul Ilmi mula memainkan peranannya diikuti dengan kenyitan mata.

“Ilmi..”, pantas jemari runcing itu mencari sasaran.

“Dia tak dak la Ilmi… Erm, Adah lapaq la jom pi makan..Jom la..”,bagai budak kecil Iman Nurmujahadah merengek pada teman baiknya, sebenarnya dia tidak ingin terus menjadi bahan usikan Raudhatul Ilmi lagi…

“Yelah tue…jab Ilmi nak kemas”, tak sampai hati rasanya untuk menghampakan harapan sahabat ni.
* * * * *
Dia sukakan akhlak yang ditunjukkan oleh muslimin itu. Dia bukanlah seorang yang begitu mudah untuk jatuh hati. Malah, perkara inilah yang seringkali cuba dielakkan sepanjang usianya hampir 23 tahun. Bukan menolak jodoh tetapi dia masih terikat dengan amanah dan tanggungjawab yang perlu dipikul dan dilaksanakan sebaik mungkin pada ibu dan abahnya. Dia masih belum bersedia lagipun rahsia hatinya biarlah hanya Dia yang tahu…jangan memberikan harapan kepada insane sedangkan kita sendiri masih mencari-cari harapan untuk meneruskan perjuangan di bumi Allah ini.

Tetapi kini…Pertemuan pertamanya semasa menghadiri Kursus Pengurusan Organisasi JPPK tidak lama dahulu masih berbekas di hatinya. Alunan ayat-ayat suci kalamullah yang dibacakan semasa qiammulail masih terngiang-ngiang lagi… mengusik nurani kewanitaannya…Dia terhutang budi dan nyawa pada Najmi Haqimie.
Najmi Haqimie, itulah nama yang berjaya mengetuk pintu hatinya. Namun, rahsia ini disimpan sekejab mungkin hanya pada raudhatul Ilmi sahaja dicurahkan rahsia hati ini. Kesopanan dan ketertiban Iman Haqimie dalam menjalinkan ikhwah dihormati. Kepimpinannya dalam meletakkan Islam sebagai asas perjuangan dikagumi. Aduhai, itulah anugerah Ilahi buat insan yang bernama Najmi Haqimie. Puas sudah dia berdoa agar nama dan ingatan terhadap muslimin pilihan itu dilupuskan daripada kanvas hatinya. Tadahan doa dan solat hajat terusan dilakukan. Namun ingatan nuraninya semakin kuat. Apakah ini ketentuan Ilahi?

Ahh, tidak..Mungkin ia hanya mainan syaitan laknatullah yang cuba untuk menipiskan iman di hatinya. Dia sedar saingannya terlalu hebat. Ukhtie Najihah, graduan diploma Pengajian Islam KIPSAS yang kini melanjutkan pengajian dalam bidang Psikologi juga khabarnya menaruh hati pada Najmi Haqimie, lagi, Umi Farhana, hafizah Maahad Tahfiz Derga alor Setar, penuntut tahun 2 jurusan Pendidikan juga merisik ruang kosong di hati Najmi Haqimie. Dia apa yang dia ada..? Hanya mimpi dan doa… atas satu sebab yang kukuh yang hanya dia dan Ilahi tahu mengapa dia berusaha bersungguh untuk melupakan adam itu. Lantaran itu, dia lebih senang untuk mendiamkan diri.
* * * * *
Pertanyaan Ustaz Shamsuri mengenai masa depannya masih menjadi persoalan. Ya Allah, rupanya desas desus mengenai beberapa siswi yang merisik khabar dia daripada ustaz-ustaz di Pusat Islam terbukti ada benarnya, bukan sekadar usikan rafik-rafiknya. Siapalah dia? Dia hanyalah insane biasa, serba kekurangan. Dia sendiri masih terkapai-kapai mencari jalan keredhaan biarpun sudah terang disuluh ilmu yang dicari. Amanah Ilahi bukanlah suatu yang main-main.

“Enta, ana ni sekadar nak menyampaikan hasrat orang,”tenang sekali bicara Ustaz Shamsuri, lulusan Jordan berusia 35 tahun itu.

“Ada yang bertanya khabar. Memilih enta sebagai peneman hidup pembimbingnya menuju ke jalan Ilahi. Kalau enta sudah mempunyai calon, beritahulah, kalau belum cuba-cubalah pertimbangkan hal ini,”.

Bertemankan Syaiful Syahid, dia menunaikan juga janji untuk bertemu dengan ustaz yang dia hormati itu setelah diberitahu oleh seorang teman melalui sms. Rupanya ini yang ingin dibincangkan. Aduh, bersediakan dia…?

“Tak sangka pulak aku,siapalah agaknya yang menjadi Siti Khadijah ke2 nie. Beraninya dia…,”
kagum Syaiful Syahid dengan tindakan muslimat itu. Seakan menyamai dan mungkin boleh dikatakan bahawa dia mencontohi kisah Siti Khadijah r.a yang meminang Rasulullah saw. Jarang terjadi dalam sejarah mereka, muslimat membait muslimin. Selalunya muslimin yang akan menggunakan ustaz-ustaz di Pusat Islam, Darul Syifa’ untuk merisik seterusnya taqdim muslimat terpilih di hati. Lain pulak dengan kisah sahabat baiknya yang sorang nie. Syaiful Syahid tersenyum.

“Wallahualam..tak tahu lah..dalam ramai mengapa mesti Qimie…masalah-masalah…,” Syahid hanya mampu menggelengkan kepalanya.
* * * * *
Pening kepalanya… Khabar yang disampaikan Amal Hayati mengenai fitnah yang terjadi ke atasnya sudah menjadi berita sensasi. Pada Raudhatul Ilmi, dia titiskan air mata… ya Allah, , mengapa semua ini terjadi. Dia dikatakan perempuan yang tak tahu malu, perigi buta yang mencari timba…macam-macam tohmahan dilemparkan padanya..

“Sabarlah Adah, biar Allah sahaja yang membalas perbuatan mereka ini,” simpati Raudhatul Ilmi tercurah pada sahabat baiknya ini.

Entahla siapa yang menyebarkan fitnah kononnya Iman Nurmujahadah telah merisik Najmi Haqimie. Kononnya lagi…mereka pernah ternampak Iman Nurmujahadah berbual mesra dengan Ustaz Shamsuri. Paling teruk, mereka mengaitkan kisah pertolongan Najmi Haqimie kepada Iman Nurmujahadah semasa gadis itu terkapai-kapai terjatuh di dalam kolam semasa menjalankan aktiviti kayak, peristiwa yang terjadi semasa kursus KPO sedikit masa lalu. Tak tahukah mereka bahawa dosa fitnah itu lebih buruk daripada zina…masyaAllah..getus hati Raudhatul Ilmi.

Sayu dia memandang wajah sugul Iman Nurmujahadah. Sabarlah sayang, ada rahmat di sebalik semua ini.Patutla, semalam semasa usrah, ramai muslimat yang berbisik sesame mereka. Paling menyakitkan hatinya, sahabatnya itu dikatakan sengaja memancing perhatian Ustaz Shamsuri untuk memudahkan laluan memikat Najmi Haqimie. Bukan itu sahaja, Iman Nurmujahadah juga dipulaukan oleh ahli usrah yang kebanyakkannya menyokong seandainya Umi Farhana yang menjadi suri hati Najmi Haqimie.Ya Allah, Kau berilah kekuatan pada sahabatmu itu…doa Raudhatul Ilmi.
* * * * *
Semalam berpampasan dengan Najmi Haqimie dan Syaiful Syahid, terasa ada pandangan sinis Syaiful Syahid, manakala Najmi Haqimie hanya tersenyum. Riak ketenangan masih berbekas pada wajah pemuda berusia 24 tahun itu. Kalaulah kau tahu getarnya di hati ini.Dia tidak bersalah,apa yang perlu dimalukan. Ahh, pedulikan…Allah itu Maha Adil. Itu janji Dia. Kata-kata semangat yang Raudhatul Ilmi pasakan pada hatinya masih tersemat, dia takkan goyah..betul juga tu, mungkin dia insane terpilih oleh Ilahi untuk menguji sejauh mana ketaqwaan dia menghadapi mehnah ini.

Sedangkan Rasulullah sendiri pernah menerima fitnah yang lagi hebat, inikan pula dia. Takkan hanya kerana acahan sekecil ini dia akan mudah untuk melatah..Tidak!!!Setiap malam dia akan bersolat hajat, mohon diberikan ketenangan, diberikan petunjuk agar dia akan tabah dalam mengharungi segalanya. Qalam suci itu tak pernah sunyi daripada amalan dia. Zikir, tahmid dan tasbih bagaikan sudah sudah sebati…benarlah, setiap yang berlaku ada rahmat yang tersembunyi disebaliknya. Syukurlah…dia takkan menyalahkan sesekali taqdir atas apa yang terjadi.
* * * * *
Benarkah tindakannya ini.. Moga apa yang dia lakukan adalah benar..

“Enti, ana minta maaf..Cuma ana rasa enti janganlah berharap pada sesuatu yang tak pasti. Ana minta enti tolonglah ana, fitnah telah tersebar. Ana takut ana tak tahan sabar. Tolonglah, lupakan ana. Ana tak nak amal ana terganggu dengan semua ini, lagipun ana rasa sebagai seorang perempuan ana memaklumi aqal 1 nafsu 9,”.

Ya Allah, apakah benar apa yang dia dengar ini. Terluah daripada mulut muslimin yang selama ini mencuri hatinya. Dia menuduh seolah-olah aku… Ya Allah, mengapa terjadi semua ini. Sekali lagi, ketabahan dia diacah mehnah.

“tentang Ustaz Shamsuri biarlah ana yang jelaskan padanya. Enti janganlah risau. Cuma kalau boleh janganlah dicanangkan peristiwa pertolongan ana pada enti semasa kursus hari tu. Kalau orang lain pun, ana yakin mereka mesti akan mengambil jalan yang sama jugak.”
Laju lidah itu menuturkan bicara tanpa sedar ia telah melukakan hati seorang gadis. masyaAllah …berilah kekuatan untukku..Iman Nurmujahadah memohon dalam diam.
* * * * *
Itulah langkah nekad Najmi haqimie, maafkan ana Iman Nurmujahadah.. Ana dah tak sanggup untuk menghadapi semua ini. Berbekalkan semangat dan keyakinan dia mengatur pertemuan dengan gadis itu, walaupun debar di dada hanya Tuhan yang tahu. Dia tahu dia telah melukakan hati gadis itu, tapi dia sendiri bingung…fitnah itu seolah-olah mempermainkan kisah dia dengan gadis itu. Ketika berbicara tadi, dia tahu dia seolah-olah tidak memberikan peluang untuk gadis itu membela diri. Zalimkah dia? Entah lah dia sendiri pun tidak pasti. Lama dia berteleku di atas sejadah, menyelak qalam mulia itu, memuliakannya…moga hatinya akan menjadi tenang setenang air di kali.
* * * * *
“Enta, ana mintak maaf atas apa yang telah terjadi. Kalau lah ana berterus terang tentu semua ini takkan terjadi. Ana betul-betul tak sangka,” terluah juga akhirnya penyesalan daripada Ustaz Shamsuri. Fitnah tentang Najmi Haqimie bertiup kencang dan dia tahu salah dia. Kesian Iman Nurmujahadah…dia tidak bersalah.

“Tak pa lah Ustaz, ana dah selesaikan dengan muslimat tersebut, Cuma ana rasa peristiwa yang terjadi ini sedikit sebanyak mengoncang kesabaran ana…Ana terpaksa bersemuka juga walaupun ana tahu muslimat itu mungkin terkejut dan terluka. Tapi, ana rasa itulah jalan yang terbaik untuk kami berdua.”

“Maksud enta, Iman Nurmujahadah?”

“Na’am ustaz kenapa?” aneh. Bukankah dia yang…

“Ya Allah, enta dah salah orang…,” ustaz Shamsuri melepaskan satu keluhan yang maha berat.

“Sebenarnya bukan dia yang meminta ana menyampaikan hasrat itu. Orang lain tapi, semenjak peristiwa itu terjadi, muslimat berkenaan telah meminta pada ana untuk menjelaskan kepada enta, ukhtie tersebut telah pun menerima lamaran melalui keluarganya.mungkin jodohnya bukan dengan enta…”

Bunyi ketukan lembut pada pintu menyentak kedua-dua mereka. Daun pintu yang terbuka menyerlahkan wajah tenang dan susuk tubuh seorang gadis berjubah ungu.

“Assalamualaikum…abang long…”,Mata mereka bertembung,

Ya Allah apakah benar apa yang dia dengar ini.“Inilah adik kandung ana, Iman Nurmujahadah,”
* * * * *
Kebenaran telah terbukti, rupanya Iman Nurmujahadah adalah adik kandung berlainan ibu pada Ustaz Shamsuri, patutlah ada yang pernah menyampaikan tentang kemesraan kedua beradik itu. Kebenaran tentang fitnah itu juga sudah terjawab. Dia sendiri tidak pasti apakah perasaan dia sekarang. Masih terngiang lagi bicara manis, lembut tapi penuh hikmah terluncur daripada bibir Iman Nurmujahadah.

“Akal yang sembilan masih belum mampu untuk menilai antara kebenaran dan kebatilan. Walaupun aqal yang satu namun, yakinilah bahawa yang satulah yang akan mengatakan kebenaran melalui aqalnya.”

MasyaAllah…benar aqal sembilannya itu masih belum mampu untuk membantu dia menilai erti ketulusan dan kejujuran seorang insan. Apa butakah dia, semasa liqa’ dengan gadis itu, tak terlihatkah dia akan cahaya kejujuran pada wajah gadis itu…Ya Allah…
* * * * *
Cuti semester telah pun bermula, sudah sebulan peristiwa hitam berlalu. Yang menyebarkan fitnah itu sudah mengaku akan kesalahannya, dia sedia memaafkan semua nya. Bukankah kemaafan itu lebih baik daripada saling bermasam muka. Sesungguhnya Islam itu terlalu indah…Sebentar tadi pramugari MAS datang menghulurkan minuman fresh oren padanya. Ajakan abangnya, Ustaz Shamsuri untuk menunaikan umrah diterima dengan senang hati. Baru sebentar tadi, Raudhatul Ilmi datang menghantarnya. Ada rahsia yang diserahkan pada Raudhatul Ilmi, mohon disampaikan pada yang berkenaan. Pada Raudhatul Ilmi, sahabat baiknya dia memohon agar dihalalkan segalanya. Entah kenapa, hatinya terlalu gembira untuk menjejakkan kaki ke tanah suci.
* * * * *
Ya Allah, mengapa wajah itu yang muncul dalam mimpinya? Ya Allah..sudah 3 hari hanya wajah itu yang hadir…Berita tentang keberangkatan gadis itu bersama keluarganya ke Tanah Suci sudah diterima, namun terasa sayu melepaskan gadis itu pergi… Dan pada 3 malam yang lepas, dia bermimpi gadis itu datang dengan wajah yang paling tenang paling manis dengan telekung putih…seolah-olah ingin menjengah satu kerinduan. Apakah dia jodohku?

Ya Allah, hatinya kuat menyatakan bahawa benarlah bahawa itulah yang disediakan untuknya. Calon permaisuri hatinya. Rindunya pada gadis itu tidak terucap. Dia akan setia menantikan kepulangan gadis itu, akan dicurahkan rahsia hatinya kerana dia yakin bahawa itulah gadis pilihannya. Dia tersenyum..membina cita-cita. Ketegasan gadis itu ketika pertemuan di kamar kerja Ustaz Shamsuri menarik hatinya. Butakah dia selama ini? Ya, Allah berilah peluang…
* * * * *
Ya Allah, apakah benar berita ini? Janganlah kiranya semua ini terjadi… masih terngiang-ngiang bicara Iman Nurmujahadah padanya semasa dia wida’ gadis itu bersama keluarganya ke Tanah Suci.

“Ilmi, Adah mohon maaf kat Ilmi. Halalkan makan minum Adah, ilmu yang Ilmi kongsikan dengan Adah…Ada peluang Adah ingin meninggal di sana.. Bersama-sama dengan para syuhada’ dan syahidah.

Ya Allah…perkhabaran yang disampaikan oleh keluarga Ustaz Shamsuri sebentar tadi benar-benar menjadikan dia tidak keruan. Serasa bagai semalam Iman Nurmujahadah tersenyum padanya. Bicara gadis itu masih terdengar-dengar lagi.Tak mungkin, hampir dia rebah tatkala menerima berita itu. Mujurlah pada abah dia berpaut..Iman Nurmujahadah sudah kembali ke rahmatullah. Hasrat dia untuk bersama-sama sanjungan agama tercapai… Iman Nurmujahadah sudah meninggalkan diri. Dia meninggal kerana sakit barah otak, yang dirahsiakan. Ya, Allah…betapa kuatnya semangatmu wahai sahabat. Mengapa tinggalkan Ilmi… airmata yang dialirkan tidak mampu untuk mengubah ketentuan yang sudah pasti…
* * * * *
Terasa bagai diawangan ketika Raudhatul Ilmi menyampaikan berita itu. Gelap pandangannya…Dia memerhati dengan pandangan kosong. Iman Nurmujahadahnya, sudah pergi tinggalkan segala angan-angan indah yang telah diukirkan pada kanvas impian. Bungkusan yang diserahkan padanya oleh Raudhatul Ilmi masih di dalam gengaman. Benarkah? Ya Allah, berikan daku ketabahan…

Sehelai jubah putih dan kitab suci kiriman pertama dan terakhir daripada Allahyarhamah Iman Nurmujahadah dijamah dengan pandangan sayu.Apakah kehadiranmu dalam mimpiku sekadar untuk mengucapkan selamat tinggal? Mengapa aku terlewat untuk menilai erti kasihmu…Surat yang menceritakan rahsia dan kisah kasih seorang gadis mengungkap segala rahsia..

Bismillah…Assalamualaikum…Buat pejuang di jalan Ilahi…
Semoga enta sentiada di dalam rahmat Ilahi. Tatkala warkah ini sampai kepadamu, mungkin hanya nama Iman Nurmujahadah menjadi tatapan. Mengasihi enta dalam diam adalah rahsia kasih ana. Namun, badai gelombang yang melanda seolah-olah menguji keyakinan kasih ana pada enta… Seandainya ada jodoh kita, ana mohon semoga kita dipertemukan di sana biarpun bukan sebagai suami isteri. Ana hargai budi baik enta, ana doakan enta berjumpa jodoh yang sekufu… Ini doa ana di depan Kaabah.andai kita tidak ditakdirkan untuk berjumpa lagi, ana tidak ralat kerana mengisihi enta walaupun dalam diam ialah yang membawa ana mengenal cinta agung, cinta Ilahi.

Akhirul qalam, semua enta akan berjaya dunia dan akhirat.Hanya Tuhan Yang Tahu…
Srikandi Cinta Ilahi…Iman NurMujahadah binti Abdul Razak.
Nukilan:Norshafriza Abdul Razak